Binjai – metrolangkat.com
Puncak perayaan Hari Jadi ke-153 Kota Binjai yang digelar meriah di Lapangan Merdeka, Minggu (18/5) malam, justru memantik kritik dari berbagai kalangan.
Di tengah seruan efisiensi anggaran oleh pemerintah pusat, Pemko Binjai justru menggelar pesta rakyat besar-besaran yang dinilai boros dan tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi masyarakat.
Dihadiri ribuan warga, acara ini menghadirkan artis ibukota Aldi Taher, influencer Mak Beti, hingga panggung megah dengan tata suara dan cahaya mewah.
Tidak sedikit masyarakat mempertanyakan urgensi dan manfaat langsung dari perayaan semacam ini, terlebih ketika berbagai sektor pelayanan publik di Binjai masih menghadapi persoalan mendasar.
“Ini soal skala prioritas. Banyak jalan rusak, pelayanan kesehatan belum maksimal, tapi anggaran justru dikucurkan untuk hiburan yang hanya berlangsung satu malam,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Wali Kota Binjai Amir Hamzah memang menyampaikan bahwa perayaan ini adalah milik masyarakat dan bentuk kebersamaan.
Namun, tidak sedikit yang menilai bahwa jargon ‘kebersamaan’ justru dijadikan pembenaran untuk membenamkan anggaran pada kegiatan yang cenderung seremonial.
Terlebih, pemerintah pusat saat ini tengah menekankan efisiensi belanja dan pengutamaan program yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat.
Di sisi lain, Pemko Binjai justru mengesankan ketidaksinkronan dengan kebijakan nasional.
“Kami tidak menolak hiburan, tapi tolong lihat dulu kondisi rakyat. Harga sembako naik, pupuk mahal, UMKM butuh dukungan nyata, bukan pesta semalam suntuk,” keluh warga lainnya.
Acara ini juga menyedot banyak tenaga ASN dan petugas kebersihan yang harus bekerja ekstra, sementara insentif mereka seringkali terlambat.
Ironi demi ironi yang membuat perayaan ulang tahun Binjai tahun ini terasa hambar bagi sebagian warga yang berharap lebih dari sekadar tontonan panggung.
Ketika rakyat diminta berhemat, pemerintah justru memilih berpesta. Maka lahirlah pertanyaan: untuk siapa sebenarnya perayaan ini?.(kus/red)