“Pertarungan di Kerajaan Kelayau: Janji Lama, Harapan Baru”

- Kontributor

Rabu, 25 September 2024 - 15:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Coretan >> Yong Ganas

Pemilihan Raja di Negeri Kelayau semakin mendekati puncaknya. Tahap demi tahap proses demokrasi telah dilewati, namun ketegangan justru semakin terasa di setiap sudut kerajaan.

Suasana yang seharusnya penuh semangat memilih pemimpin masa depan, kini diwarnai dengan prahara yang mengguncang keyakinan rakyat.

Di tengah kemeriahan pesta demokrasi, ada pemandangan yang tak biasa. Dua kali calon Raja Kelayau, Raja Dirgantara, tak menghadiri pertemuan penting terkait pemilihan.

Ketidakhadiran ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan rakyat dan pengamat kerajaan.

Apakah ini bentuk kepercayaan diri yang berlebihan, atau justru keraguan yang disembunyikan di balik wajah-wajah penuh janji?

Rakyat Kelayau mengingat dengan jelas sejarah janji-janji yang tak kunjung ditepati oleh Raja Dirgantara di masa lalunya, dan ketidakhadirannya hanya memperkuat rasa skeptis.

Sementara itu, di dalam Istana, situasi tak kalah pelik. Para menteri dan pungawa yang selama ini mendukung Raja Dirgantara mulai pasang dua muka.

Mereka, yang dulunya loyal dan setia, kini mulai merasakan ketidakpastian.

Mereka khawatir, jika Raja Dirgantara gagal terpilih kembali, posisi dan kekuasaan mereka bisa terancam. Pengkhianatan kecil-kecilan mulai merayap di lorong-lorong istana.

Baca Juga :  Menantang Komitmen Paslon Bupati Langkat untuk Memutus Mata Rantai Korupsi

Masing-masing berusaha menjaga posisi mereka dengan berpura-pura mendukung sang Raja, namun di balik layar, mereka siap menjalin aliansi baru dengan calon pemimpin yang dianggap lebih menjanjikan.

Kelayau, yang seharusnya menghadapi momen penting dalam memilih pemimpin baru, kini justru terperangkap dalam dinamika politik yang keruh.

Rakyat mulai jenuh dengan retorika kosong dan janji-janji masa lalu.

Mereka haus akan pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan, bukan sekadar wajah lama yang berharap kekuasaan atas dasar kebiasaan.

Prahara di Negeri Kelayau bukan hanya tentang perebutan tahta, melainkan cerminan krisis moral dan kepercayaan yang melanda istana.

Akankah Raja Dirgantara berhasil mengembalikan kejayaannya, atau akankah rakyat Kelayau memilih jalan baru di bawah sosok pemimpin yang lebih bijak?

Pemilihan semakin dekat, tetapi ketidakpastian masih menyelimuti masa depan negeri ini.

Tak hanya para Menteri dan Pungawa Istana yang perlahan mulai mengalihkan pandangan mereka, para pengurus partai di parlemen Negeri Kelayau pun tampaknya ikut bermain dua kaki di belakang Raja Dirgantara.

Baca Juga :  Catatan : Yong Ganas, Bawaslu Langkat dan Anggaran Fantastis: Pengawasan Minim, Transparansi Dipertanyakan

Para elite yang dulunya lantang mendukung sang Raja kini menunjukkan sikap yang berbeda.

Dalam diam, mereka mulai membangun hubungan dengan kubu-kubu lain, bersiap-siap untuk menyelamatkan diri mereka sendiri jika keadaan berubah.

Raja Dirgantara sangat menyadari adanya pengkhianatan ini, namun ia tak mampu berbuat banyak. Di Negeri Kelayau, pengkhianatan telah lama menjadi bagian dari permainan politik kaum elit.

Loyalitas hanyalah topeng, sebuah alat tukar dalam dinamika kekuasaan yang berubah-ubah.

Sang Raja, meski memiliki kuasa, kini berdiri di atas pijakan yang rapuh, di antara menteri yang tak lagi setia dan partai-partai yang siap meninggalkannya demi keuntungan mereka sendiri.

Keadaan ini membuat Raja Dirgantara tak hanya harus bertarung melawan lawan politiknya di luar istana, tetapi juga menghadapi ancaman yang lebih dekat—dari orang-orang yang seharusnya berdiri di sisinya.

Pemilihan semakin mendekat, dan dengan semakin banyaknya pengkhianatan di sekitarnya, sang Raja harus menghadapi kenyataan bahwa ia mungkin berjuang sendirian.(***)

Follow WhatsApp Channel www.metrolangkat.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”
Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..
Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”
Negeri Kelayau dan Raja Kejab Boh: Hikayat Sebuah Kekuasaan
Gembira Ginting Lawan Fitnah, Selamatkan Pendidikan
“Langkat Bergejolak: Dosa Lama yang Belum Selesai atau Badai Baru yang Sengaja Ditiup?”
“Satresnarkoba Bekerja, Publik Harus Mendukung Bukan Menghakimi”
Editorial Yong Ganas : Dishub Langkat, Jangan Hanya Hadir Saat Menghitung Uang
Berita ini 9 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 23 Juli 2025 - 20:00 WIB

“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”

Sabtu, 12 Juli 2025 - 08:51 WIB

Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..

Jumat, 11 Juli 2025 - 15:13 WIB

Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”

Sabtu, 21 Juni 2025 - 06:58 WIB

Negeri Kelayau dan Raja Kejab Boh: Hikayat Sebuah Kekuasaan

Rabu, 18 Juni 2025 - 11:59 WIB

Gembira Ginting Lawan Fitnah, Selamatkan Pendidikan

Berita Terbaru