Binjai – metrolangkat.com
Belasan tenaga medis, mulai dari dokter hingga perawat, harus menelan pil pahit atas kebijakan Pemerintah Kota (Pemko) Binjai.
Mereka dirumahkan dari RSUD Djoelham tanpa kepastian kapan akan dipanggil kembali.
“Kalau dibilang ikhlas, ya jelas tidak. Tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah keputusan pemerintah.
Katanya ini akibat dari efisiensi anggaran yang mulai diberlakukan Pemko Binjai,” ujar salah seorang dokter yang enggan disebutkan namanya, Rabu (8/5).
Menurutnya, tenaga medis yang dirumahkan tersebut sebelumnya bekerja berdasarkan Peraturan Walikota (Perwa) dengan sistem kontrak berjenjang. Namun, tanpa kejelasan waktu, mereka kini harus menunggu nasib.
“Kontrak kerja kami beragam, tergantung masa pengabdian masing-masing. Tapi ya, semua tergantung keputusan pemerintah sekarang,” ungkapnya.
Yang lebih memprihatinkan, hingga kini gaji bulan April pun belum mereka terima. Informasi yang diterima menyebutkan bahwa mereka tidak akan diperpanjang masa kerjanya.
Namun, belum ada penjelasan resmi soal batas waktu atau kemungkinan dipanggil kembali.
Sumber juga mengungkapkan, pembengkakan utang RSUD Djoelham yang mencapai miliaran rupiah menjadi salah satu alasan dirumahkannya para tenaga medis.
Utang tersebut disebut mencakup pembelian obat-obatan hingga alat medis.
“Biasanya kontrak kami diperpanjang setiap tahun. Tapi sekarang, kami hanya bisa berharap gaji yang tertunggak segera dicairkan,” keluhnya.
Ia juga menyebutkan bahwa pemberitahuan pemberhentian dilakukan secara kolektif saat mereka dikumpulkan oleh pihak rumah sakit.
Namun di sisi lain, Pelaksana tugas Direktur RSUD Djoelham, dr Romy Ananda, membantah adanya perumahan tenaga medis.
“Tidak ada yang dirumahkan, semua berjalan seperti biasa,” ujarnya singkat.
Situasi ini memperlihatkan adanya ketimpangan informasi antara tenaga medis yang terdampak dan manajemen rumah sakit.
Hingga kini, nasib belasan tenaga kesehatan itu masih menggantung, di tengah beban hidup dan tanggung jawab yang tetap harus mereka tanggung.(kus/red)