Binjai – metrolangkat.com
Jagat maya sempat dihebohkan dengan kisah dua bocah asal Binjai, Madan dan adiknya Sintia. Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, Madan mengaku kabur dari rumah karena diusir ibu tiri dan dianiaya nenek. Kisah itu seketika memantik simpati publik. Banyak orang menaruh iba, bahkan marah atas perlakuan yang diduga dialami kedua anak tersebut.
Namun, di balik cerita viral itu, fakta lain justru terungkap. Pemerintah Kota Binjai turun tangan menyelidiki kebenaran kabar yang beredar. Melalui Kepala Dinas Kominfo, Sofyan Siregar, Pemko meminta keterangan dari pihak sekolah dan keluarga. Hasil penelusuran menunjukkan, cerita yang disampaikan Madan tidak sepenuhnya benar.
Madan, bocah yang baru beranjak remaja itu, disebut memiliki kebiasaan buruk. Ia kerap dituding melakukan pencurian di lingkungannya. Awalnya ia tinggal bersama nenek dari pihak ayah kandung, Juliani, di Jalan Bukit Tinggi, Kelurahan Rambung Timur. Namun karena sering membuat masalah, Madan akhirnya dipindahkan ke rumah kakeknya dari istri pertama sang ayah.
“Karena tetangga menyetujui Madan tinggal di lingkungan itu, maka Madan dipindahkan ke rumah kakeknya. Tapi sayangnya, dugaan pencurian tetap muncul meski ia sudah pindah,” ungkap Sofyan Siregar, Senin (29/9).
Kondisi itu membuat Madan kembali ditolak lingkungan. Ia merasa terpojok, hingga memutuskan kabur dari rumah sambil mengajak adiknya, Sintia.
Kepergian keduanya membuat keluarga cemas. Laporan kehilangan bahkan sempat dibuat. Hingga Minggu (28/9) siang, keberadaan Madan dan Sintia ditemukan warga di Jalan Coklat, Lingkungan V, Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Binjai Barat.
Seorang warga bernama Dederian yang mengenali wajah keduanya dari berita viral segera membawa mereka ke rumah untuk diamankan. Tak lama kemudian, personel Polsek Binjai Selatan datang menjemput dan memastikan kondisi mereka baik-baik saja. Untuk sementara, keduanya dititipkan di rumah keluarga yang bersedia menjamin keselamatan dan perawatan mereka.
Terkait isu penganiayaan, Sofyan Siregar menegaskan bahwa tidak benar ada pemukulan terhadap Sintia.
“Kalau soal pemukulan, neneknya tidak ada yang memukul adiknya,” jelasnya.
Kisah Madan dan Sintia menjadi pelajaran berharga tentang betapa cepatnya informasi bisa menyebar tanpa verifikasi. Apa yang awalnya terlihat sebagai kisah tragis bocah malang, ternyata menyimpan persoalan keluarga yang jauh lebih kompleks.
Di tengah derasnya arus media sosial, masyarakat diingatkan untuk lebih bijak menyikapi berita viral. Apalagi ketika menyangkut anak-anak, kebenaran fakta harus lebih dulu dipastikan, agar simpati tidak salah arah. (kus)