Prahara di Negeri Kelayau: Skandal, Pengkhianatan, dan Takhta yang Goyah

- Kontributor

Sabtu, 14 September 2024 - 14:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Opini >> Yong Ganas

Di negeri Kelayau, sebuah kerajaan besar yang terletak di dataran berangin, hari ini adalah hari yang kacau balau. Sebuah fenomena alam langka yang dikenal sebagai *Prahares* melanda seluruh penjuru negeri.

*Prahares* adalah badai besar yang tidak hanya menghempaskan angin kencang dan hujan deras, tetapi juga membawa aura misterius yang dapat mengungkap segala rahasia yang tersembunyi.

Di tengah kekacauan itu, dua Menteri kepercayaan Raja Kelayau, bernama Menteri Zikran dan Menteri Adaraka, menjadi pusat perhatian.

Selama ini, mereka dikenal sebagai orang-orang yang berpengaruh, selalu ada di sisi Raja dalam setiap keputusan penting.

Namun, apa yang rakyat dan bahkan Raja sendiri tidak tahu adalah bahwa keduanya diam-diam telah memanfaatkan kekuasaan mereka untuk mengumpulkan sesuatu yang disebut UPT—(Uang Perlindungan Terpaksa).

Setiap orang yang ingin punya jabatan atau naik pangkat di Kelayau, dari pengajar sekolah hingga menjadi pungawa besar,harus menyerahkan UPT agar mendapat perlindungan dari hukum dan *Prahares*.

Pengaman Kerja, yang merupakan pasukan elit kerajaan yang bertugas menjaga ketertiban dan keamanan kerja rakyat, tak sengaja menemukan rahasia ini saat melakukan patroli rutin di tengah badai *Prahares*.

Salah satu anggotanya, Kapten Rana, menemukan dokumen yang terlupakan di salah satu kantor menteri.

Dokumen tersebut berisi daftar lengkap penerima dan pemberi UPT yang terperinci hingga angka terkecil. Dalam sekejap, rahasia gelap Zikran dan Adaraka terbongkar.

Pada hari yang sama, di saat angin *Prahares* masih menghantam keras dinding-dinding istana, pasukan Pengaman Kerja mendatangi kedua Menteri di kediaman mereka masing-masing.

Zikran yang biasanya tenang, terlihat panik dan berusaha menyembunyikan jejaknya, sementara Adaraka berusaha meyakinkan pasukan bahwa semuanya hanyalah kesalahpahaman.

Namun, bukti-bukti terlalu kuat untuk disangkal. Pengaman Kerja membawa kedua Menteri ke hadapan Raja Kelayau. Sang Raja, yang meski dikenal bijaksana, tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

Baca Juga :  Catatan : Oerangkiri, BERAS DAN KEKUASAAN

Dia tidak pernah menyangka bahwa dua orang yang dipercayainya selama bertahun-tahun ternyata diam-diam mengkhianatinya dan rakyatnya.

Dalam suasana tegang, di bawah langit yang terus diguyur hujan badai *Prahares*, keputusan harus diambil.

Apakah Raja akan memaafkan kedua Menteri yang telah lama mendampinginya, ataukah dia akan mengadili mereka sesuai dengan hukum Kelayau?

Di sinilah negeri Kelayau berdiri di persimpangan. Hanya waktu yang akan menentukan nasib kedua Menteri pengumpul UPT ini dan bagaimana rakyat Kelayau akan melihat pemimpin mereka setelah rahasia gelap ini terungkap.

Terseretnya kedua Menteri kepercayaan Raja Kelayau, Zikran dan Adaraka, ke dalam skandal besar benar-benar mengguncang istana.

Raja Kelayau, yang biasanya teguh dan penuh wibawa, kini dilanda kepanikan. Setiap langkah yang diambilnya di masa depan akan menentukan bukan hanya nasib kerajaannya, tetapi juga kelangsungan takhta yang sangat ia jaga.

Apa yang awalnya tampak sebagai kesalahan para Menteri kini berubah menjadi ancaman yang lebih besar ketika Zikran dan Adaraka mengklaim bahwa semua kebijakan yang mereka lakukan, termasuk pengumpulan UPT, adalah atas perintah langsung dari Raja.

Tuduhan itu mengejutkan semua orang. Para penegak hukum kerajaan, yang telah menemukan bukti-bukti kuat tentang skema korupsi besar-besaran ini, kini menghadapi dilema yang jauh lebih besar.

Jika apa yang dikatakan oleh kedua Menteri itu benar, maka Raja Kelayau sendiri berada di ambang kehancuran.

Tidak ada pemimpin yang kebal hukum di Negeri Kelayau, dan jika Raja terbukti terlibat, ia dapat diseret ke Mahkamah Kehormatan Kerajaan—sebuah lembaga yang memiliki wewenang untuk mengadili bahkan seorang raja.

Baca Juga :  Misteri Rumah Dinas Kerajaan Kelayau : Mengapa Para Raja Tak Pernah Tinggal di Sana?...

Raja Kelayau merasa jantungnya berdegup kencang setiap kali nama Mahkamah Kehormatan disebut.

Institusi tersebut adalah simbol keadilan tertinggi di negeri itu, tempat di mana integritas raja-raja dipertaruhkan.

Mahkamah memiliki kekuatan yang tidak tertandingi, bahkan oleh takhta kerajaan. Jika Raja dinyatakan bersalah oleh Mahkamah, bukan hanya dia yang akan kehilangan tahta, tetapi nama keluarganya juga akan tercemar untuk selamanya.

Ini adalah sesuatu yang sangat ingin dihindari oleh Raja Kelayau, terutama karena dia berencana untuk meneruskan kekuasaannya ke generasi berikutnya.

Namun, situasinya semakin rumit. Para penasihat hukum kerajaan mulai melakukan penyelidikan lebih lanjut, mengumpulkan bukti-bukti yang lebih mendalam.

Beberapa dokumen menunjukkan adanya korespondensi rahasia antara Raja dan kedua Menterinya, yang tampaknya mendukung klaim Zikran dan Adaraka.

Jika terbukti, Raja akan sulit membela dirinya di depan Mahkamah Kehormatan.

Di sisi lain, rakyat mulai kehilangan kepercayaan pada pemerintahan. Mereka merasa dikhianati oleh Raja yang selama ini mereka anggap adil dan bijaksana.

Para bangsawan dan tokoh-tokoh penting mulai membicarakan kemungkinan adanya revolusi internal jika Raja benar-benar terbukti bersalah.

Raja Kelayau kini dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit. Apakah dia harus mencoba membersihkan namanya dengan cara apapun, meski harus mengorbankan Zikran dan Adaraka?

Ataukah dia akan berani menghadapi Mahkamah Kehormatan dan menerima segala konsekuensinya? Di balik tirai istana, strategi politik dan intrik mulai bergerak, namun satu hal yang pasti—kedamaian di Negeri Kelayau berada di ujung tanduk.

Dalam heningnya malam yang masih diselimuti badai *Prahares*, Raja Kelayau memandang jauh ke luar jendela istananya, mencoba mencari jalan keluar.

Tapi semakin lama, bayangan kehancuran seolah semakin mendekat, dan tak ada jalan mudah untuk menghindarinya.(**)

Follow WhatsApp Channel www.metrolangkat.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”
Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..
Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”
Negeri Kelayau dan Raja Kejab Boh: Hikayat Sebuah Kekuasaan
Gembira Ginting Lawan Fitnah, Selamatkan Pendidikan
“Langkat Bergejolak: Dosa Lama yang Belum Selesai atau Badai Baru yang Sengaja Ditiup?”
“Satresnarkoba Bekerja, Publik Harus Mendukung Bukan Menghakimi”
Editorial Yong Ganas : Dishub Langkat, Jangan Hanya Hadir Saat Menghitung Uang
Berita ini 6 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 23 Juli 2025 - 20:00 WIB

“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”

Sabtu, 12 Juli 2025 - 08:51 WIB

Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..

Jumat, 11 Juli 2025 - 15:13 WIB

Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”

Sabtu, 21 Juni 2025 - 06:58 WIB

Negeri Kelayau dan Raja Kejab Boh: Hikayat Sebuah Kekuasaan

Rabu, 18 Juni 2025 - 11:59 WIB

Gembira Ginting Lawan Fitnah, Selamatkan Pendidikan

Berita Terbaru