Opini Yong Ganas : Catatan Usai Pilkada Langkat 2024
Pilkada Langkat telah usai, hasil sudah terlihat, dan pemenang sudah diketahui.
Namun, di balik hingar-bingar pesta demokrasi ini, tersisa banyak catatan reflektif yang perlu kita renungkan bersama.
1. Uang Menjadi Panglima :
Realita pahit yang tak dapat dipungkiri: uang masih menjadi kekuatan utama dalam kontestasi politik.
Praktik politik transaksional semakin terbuka, bahkan dianggap “wajar” oleh sebagian masyarakat.
Ini bukan lagi sekadar rumor, tetapi kenyataan yang terjadi di depan mata.
Demokrasi yang seharusnya menjadi ajang memilih pemimpin terbaik, berubah menjadi arena jual-beli suara.
2. Demokrasi Tercabik :
Ketika uang berbicara, integritas terabaikan.
Proses demokrasi kehilangan marwahnya, dan hasil akhirnya tak lagi mencerminkan aspirasi murni rakyat. Suara dijual, masa depan digadaikan.
Ini bukan sekadar masalah moralitas individu, tetapi sebuah sistem yang rusak dan perlu diperbaiki secara mendalam.
3. Campur Tangan Tuhan atau Aparat?
Di tengah hiruk-pikuk hasil Pilkada, muncul pertanyaan yang sulit diabaikan: apakah hasil ini murni kehendak rakyat, campur tangan Tuhan, atau ada peran lain yang tak kasat mata?
Aparat penegak hukum seharusnya menjadi penjaga netralitas, namun dalam beberapa kasus, netralitas itu patut dipertanyakan.
Jika aparat turut bermain atau justru membiarkan praktik politik uang merajalela, maka demokrasi benar-benar dalam bahaya.
4. Tantangan Pemimpin Terpilih :
Bagi mereka yang keluar sebagai pemenang, tantangan sesungguhnya baru dimulai.
Mampukah mereka melepaskan diri dari bayang-bayang politik uang dan benar-benar memperjuangkan kesejahteraan rakyat? Kepercayaan telah diberikan, meski penuh keraguan.
Harapan ada, walaupun tipis: semoga kemenangan ini bukan sekadar alat untuk melanggengkan kekuasaan, melainkan awal dari perubahan nyata.
5. Peran Masyarakat ke Depan :
Masyarakat Langkat juga perlu bercermin. Demokrasi yang sehat tidak akan terwujud tanpa kesadaran kolektif untuk menolak politik uang.
Pendidikan politik harus ditanamkan, dan kesadaran untuk memilih berdasarkan visi-misi harus menjadi budaya.
Selama mentalitas pragmatis ini masih ada, perubahan hanyalah mimpi kosong.
6. Harapan yang Tertinggal
Pilkada telah berlalu, tapi perjuangan belum berakhir.
Pemimpin boleh berganti, tapi tugas untuk mengawasi, mengkritisi, dan memastikan janji-janji ditepati tetap ada di tangan rakyat.
Semoga harapan yang tersisa, sekecil apa pun, bisa menjadi awal dari kebangkitan Langkat yang lebih baik.
Akhirnya, kita hanya bisa berharap: Semoga mereka yang terpilih tidak melupakan amanah.
Dan semoga suatu hari nanti, demokrasi di Langkat tidak lagi dikendalikan oleh uang, campur tangan aparat, atau kepentingan segelintir orang, tetapi oleh hati nurani dan kepedulian terhadap masa depan bersama.(Red)