Editorial: Memupuk Kedamaian di Tengah Hiruk Pikuk Pilkada

- Kontributor

Jumat, 15 November 2024 - 08:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Editorial : Yong Ganas

Di tengah riuhnya Pilkada hari ini, semangat kompetisi telah berubah menjadi arus persaingan yang tidak sehat.

Kampanye hitam meluas, saling serang semakin tajam, dan nilai demokrasi yang harusnya mendidik berubah menjadi panggung yang menyedihkan

Ambisi politik seakan mengalahkan makna persahabatan dan merenggangkan hubungan keluarga yang selama ini terjalin.

Negeri bertuah yang kita banggakan ini, seharusnya menjadi contoh dari demokrasi yang matang, justru diramaikan oleh tindakan yang merusak persatuan dan moralitas.

Masyarakat, yang seharusnya menjadi pemilih bijak, disuguhi tontonan yang tak mendidik.

Saling mencemooh dan menjatuhkan menjadi konsumsi sehari-hari yang dipaksakan kepada mereka.

Lebih memprihatinkan, bahkan kalangan akademisi ikut serta dalam narasi yang tidak membangun.

Alih-alih menjadi pilar kearifan, mereka malah meramu opini yang memecah belah dan memupuk kebencian.

Dampak yang dihasilkan adalah masyarakat yang bingung, yang terjebak dalam dualisme informasi tanpa mengetahui apa yang benar atau salah.

Saat ini, kita semua dihadapkan pada pilihan: membiarkan situasi ini semakin buruk atau mengambil langkah nyata untuk mengembalikan kedamaian.

Setiap kandidat harus diingatkan bahwa kemenangan sejati bukan hanya soal merebut suara, tapi juga merangkul kepercayaan masyarakat tanpa merusak moralitas politik.

Tidak ada kemenangan yang pantas dirayakan jika diperoleh dengan mengorbankan nilai kemanusiaan, persahabatan, dan kejujuran.

” Kami mengajak seluruh pihak untuk menahan diri dan menghentikan kampanye negatif yang merusak sendi-sendi demokrasi.

Marilah kita memupuk rasa hormat, mempererat persaudaraan, dan menyebarkan pesan damai yang menenangkan.

Baca Juga :  "Satresnarkoba Bekerja, Publik Harus Mendukung Bukan Menghakimi"

Para tokoh masyarakat, akademisi, dan pemimpin daerah memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi contoh teladan.

Mari bersama-sama menampilkan wajah politik yang damai, mendidik, dan mengayomi, bukan politik yang merusak atau mengadu domba.

Di akhir tulisan ini, kami ingin mengingatkan kembali tentang apa yang menjadi dasar demokrasi: kesejahteraan, kedamaian, dan kemajuan bagi semua.

Ini bukan sekadar soal siapa yang menang atau kalah, tetapi tentang menjaga marwah kebersamaan.

Bagi kita yang mencintai negeri ini, inilah saatnya bergandengan tangan untuk mengedepankan politik damai dan bermartabat.

Hanya dengan begitu kita dapat memberikan masa depan yang sejahtera bagi generasi yang akan datang.

Duduk dan kembali nikmati kopi bersama—seperti masa-masa dulu ketika pembicaraan mengalir tanpa beban, saat perbedaan bukanlah alasan untuk saling menjauh, tetapi sekadar bumbu yang memperkaya cerita.

Betapa indahnya ketika pertemuan dimulai dari cangkir kopi, dan dari sana harapan-harapan sederhana bertumbuh.

Kita saling berbagi, tertawa bersama mendengarkan kisah-kisah lucu dan jenaka yang membuat bahu terguncang, mengingatkan kita bahwa dunia ini tak selalu perlu diambil terlalu serius.

Ada kehangatan dalam obrolan santai itu, dalam kisah-kisah lucu yang terkadang konyol namun terasa akrab di hati.

Tak perlu topik besar, cukup nostalgia, atau mungkin harapan kecil tentang masa depan yang lebih baik.

Sungguh, jika semua orang bisa duduk bersama dalam damai seperti ini, mungkin dunia akan sedikit lebih tenang, sedikit lebih hangat.

Jadi, mari duduk sejenak, seruput lagi kopi yang masih hangat. Biarkan obrolan mengalir sambil kita nikmati kehangatan pertemanan.

Baca Juga :  Catatan : Yong Ganas, Bawaslu Langkat dan Anggaran Fantastis: Pengawasan Minim, Transparansi Dipertanyakan

Di balik tawa dan cerita, siapa tahu, kita bisa menemukan kembali kebersamaan yang sederhana, namun bermakna.

Pilihan yang asyik, kan? Tinggal kita tentukan mau duduk di warung pojok sana atau di kopi paret yang rasanya bisa bikin kita serasa ngopi di istana.

Di warung pojok, suasananya selalu bikin nyaman; sederhana, tapi penuh dengan obrolan seru dari orang-orang yang nggak pernah kekurangan cerita.

Tapi kalau mau suasana lebih premium dengan rasa kopi kelas sultan, kopi paret siap memanjakan lidah.

Di sana, setiap seruputannya berasa penuh gaya, meski suasananya tetap asyik buat duduk lama sambil ngobrol ngalor-ngidul.

Jadi, gimana? Warung pojok atau kopi paret? Dimanapun pilihan kita, asalkan ngumpul dan ngobrol, pasti suasana bakal terasa istimewa!

Salam hangat kita, pasti BISA! Dari percakapan sederhana di balik secangkir kopi, kita bangun gagasan besar untuk negeri ini.

Bukan sekadar basa-basi atau obrolan ringan, tetapi percikan mimpi yang diolah dari ide kecil, keluhan sehari-hari, sampai harapan-harapan yang lahir dari hati.

Dari bualan secangkir kopi, terlahir niat untuk membangun negeri dengan sepenuh hati.

Dalam kehangatan suasana, kita menemukan cara untuk memperbaiki, menginspirasi, dan memajukan.

Karena perubahan seringkali dimulai dari hal sederhana, dari obrolan tanpa beban, yang akhirnya membentuk tekad kuat untuk bertindak.

Mari terus semangat, karena kita BISA—bukan hanya bicara, tapi juga bekerja demi negeri tercinta.(YG)

Follow WhatsApp Channel www.metrolangkat.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”
Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..
Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”
Negeri Kelayau dan Raja Kejab Boh: Hikayat Sebuah Kekuasaan
Gembira Ginting Lawan Fitnah, Selamatkan Pendidikan
“Langkat Bergejolak: Dosa Lama yang Belum Selesai atau Badai Baru yang Sengaja Ditiup?”
“Satresnarkoba Bekerja, Publik Harus Mendukung Bukan Menghakimi”
Editorial Yong Ganas : Dishub Langkat, Jangan Hanya Hadir Saat Menghitung Uang
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 23 Juli 2025 - 20:00 WIB

“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”

Sabtu, 12 Juli 2025 - 08:51 WIB

Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..

Jumat, 11 Juli 2025 - 15:13 WIB

Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”

Sabtu, 21 Juni 2025 - 06:58 WIB

Negeri Kelayau dan Raja Kejab Boh: Hikayat Sebuah Kekuasaan

Rabu, 18 Juni 2025 - 11:59 WIB

Gembira Ginting Lawan Fitnah, Selamatkan Pendidikan

Berita Terbaru