Catatan: Yong Ganas di Ramadhan 1446 H
Langkat – Metrolangkat.com
Langit masih gelap saat puluhan petugas kebersihan di Kabupaten Langkat mulai menjalankan tugas mereka.
Dengan sapu di tangan dan gerobak sampah yang menderu pelan, mereka menyusuri jalan-jalan kota.
Menghirup bau sampah yang menyengat, menyapu dedaunan yang berguguran, dan mengangkat tumpukan limbah rumah tangga yang kadang menyisakan beling tajam atau bau busuk.
Mereka adalah pahlawan lingkungan yang menjaga Langkat tetap bersih, tetapi ironisnya, dari Lebaran ke Lebaran, mereka seolah tak pernah terlihat oleh mata pemerintah.
Lebih dari 400 pekerja honorer di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Langkat—penyapu jalan, pembersih selokan,
Pengangkut sampah (sopir), hingga pekerja di tempat pembuangan akhir (TPA)—tidak pernah menerima tunjangan hari raya (THR) dari pemerintah daerah.
“Jangankan parcel Lebaran yang harganya ratusan ribu, satu botol sirup pun tidak pernah kami terima,” ungkap seorang petugas kebersihan yang pagi itu tengah mengangkut sampah di sebuah kompleks perumahan, Kamis (27/3).
Tak ingin pulang dengan tangan kosong saat Lebaran tiba, para pekerja kebersihan ini pun terpaksa mencari cara lain.
Dengan penuh harap dan sedikit keberanian, mereka mengetuk pintu-pintu rumah warga, meminta sumbangan seikhlasnya.
“Ya, beginilah cara kami mengumpulkan THR. Kami minta bantuan dari warga, ada yang memberi uang, ada yang memberi sirup atau makanan. Apapun yang diberikan, kami syukuri.
Semua akan kami kumpulkan, lalu dibagi rata dengan kawan-kawan,” kata seorang petugas kebersihan dengan nada lirih.
Tidak ada tuntutan besar dari mereka. Mereka tak meminta gaji tinggi atau fasilitas mewah.
Hanya satu harapan kecil yang selalu terabaikan: sedikit perhatian dari pemerintah.
“Setahun sekali saja kami ingin merasakan kepedulian. Masa, memberi satu botol sirup saja tidak mampu? Tapi untuk membeli mobil dinas baru yang harganya hampir miliaran rupiah, bisa.
Kalau kami tidak menjaga kebersihan lingkungan ini, apa jadinya Langkat?” ucapnya penuh getir.
Sebagai manusia, tidakkah mereka layak dihargai? Tidakkah pemerintah menyadari bahwa tangan-tangan mereka yang kotor adalah yang membuat kota ini tetap bersih?
Jika para petugas kebersihan ini mogok kerja sehari saja, kita semua akan merasakan dampaknya.
Jalanan akan penuh sampah, selokan tersumbat, bau busuk akan menyengat.
Terpisah Yong coba mengkonfirmasi Kadis LH Armen melalui sambungan seluler. Sayangnya hand phone yang bersangkutan tidak aktif. Begitu juga dengan Kabid Kebersihan setali tiga uang dengan sang Kadis.
Pemerintah Kabupaten Langkat, apakah hati kalian tak tergerak? Berapa harga yang harus mereka bayar untuk sekadar dihargai? Mereka tak meminta banyak.
Hanya perhatian kecil yang akan membuat mereka merasa keberadaan mereka diakui.
Mereka hanya ingin merasakan kebahagiaan di hari raya, seperti pejabat yang duduk nyaman di kursi empuk, menikmati THR dan tunjangan mereka tanpa kekhawatiran.
Tidakkah mereka juga berhak mendapatkan sedikit dari yang kalian miliki?
Jangan biarkan mereka terus mengetuk pintu warga untuk meminta belas kasihan. Sebab sejatinya, menjaga mereka adalah tanggung jawab kita bersama. Dan lebih dari itu, ini adalah tanggung jawab pemerintah.(yong)