
Secara mengejutkan Airlangga Hartanto menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar, Sabtu (10/8).
Keputusan ini membuat kehebohan, karena selain meninggalkan kekosongan jabatan, para calon kepala daerah yang sebelumnya telah menerima rekomendasi diusung Partai Golkar untuk bertarung pada Pilkada Serentak, juga bertanya-tanya apakah rekomendasi itu tetap berlaku.
Pasalnya, secara aturan, surat dukungan partai dalam formulir BI-KWK yang akan dimasukkan ke KPU sebagai syarat pencalonan, harus ditandatangani oleh Ketua Umum Partai. Sementara, jika Airlangga mundur, maka formulir yang sudah ditandatanganinya sebelum dia mundur, bisa tidak berlaku, mengingat akan ada Ketua Umum Partai Golkar yang baru.
Pasca mundurnya Airlangga sebagai Ketum Partai Golkar, ada beberapa nama yang muncul disebut-sebut mengantikanya. Waketum Golkar Dito Ariotedjo tidak membantah isu tersebut. Ia meminta untuk menunggu pernyataan resmi Airlangga.
“Kita tunggu ya resminya,” kata Dito saat dikonfirmasi, Minggu (11/8). Setelah Airlangga mundur, posisi Ketum Golkar akan kosong. Direncanakan posisi Ketum akan dijabat oleh Plt. Berdasarkan informasi beredar, ada tiga nama mencuat bursa Ketum Golkar. Mereka adalah Bahlil Lahadalia, Agus Gumiwang Kartasasmita dan Bambang Soesatyo.
Kumparan sudah mencoba mengkonfirmasi ini kepada Agus Gumiwang dan Bamsoet. Namun belum ada respons. Namun Dito berpandangan terkait keputusan Airlangga mundur, pilihan itu karena Airlangga ingin fokus di pemerintahan yang akan datang. “Mungkin karena akan fokus di pemerintahan dan tantangan ke depan terkait ekonomi nasional dan global semakin banyak dan kompleks,” kata Dito seperti yang dikutip Metrolangkat.com dari berbagai sumber. (yong)