Gambar : Rudy salah seorang warga yang terdampak banjir berjalan 5 jam, untuk mendapatkan makanan karena minimnya bantuan dari Pemkab Langkat. Kelaparan dan habisnya pasokan makanan memaksa warga berjuang sendiria.(Wis)
Langkat – METROLANGKAT.COM
Penanganan bencana banjir di Kabupaten Langkat kembali menuai kritik keras. Salah seorang warga Desa Teluk Meku, Kecamatan Babalan, Rudy Dalimunthe, mengungkapkan kondisi memprihatinkan yang dialami masyarakat akibat lambannya respons Pemerintah Kabupaten Langkat dalam memberikan bantuan.
Rudy menyebut hingga saat ini, sejak banjir merendam pemukiman, belum ada bantuan yang benar-benar menyentuh warga. “Sampai saat ini bantuan tidak ada. Bahan pokok di kampung kami Desa Teluk Meku sudah tidak ada,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Kondisi semakin parah karena akses menuju desa tersebut nyaris lumpuh total. Untuk membeli kebutuhan dasar, warga harus berjalan kaki sejauh 7 kilometer, melewati jalan yang sudah berubah menjadi aliran air deras. “Harus 5 jam jalan kaki di dalam air demi beli sembako,” kata Rudy.
Bahkan, akibat putusnya akses dan tidak adanya perhatian pemerintah, sebagian warga terpaksa nekat mencari sembako ke Kota Pangkalan Brandan menggunakan mesin jetor sawah, hanya demi bertahan hidup. Namun upaya ini juga tidak banyak membantu karena harga kebutuhan pokok melonjak tajam di tengah krisis.
“Bahan pokok menjulang naik harganya,” keluh Rudy, menegaskan situasi darurat yang justru semakin diperburuk oleh ketidakpastian bantuan dari Pemkab Langkat.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Pemerintah Kabupaten Langkat terkait keluhan warga Desa Teluk Meku. Namun tekanan publik dipastikan semakin besar, menyusul makin banyaknya wilayah di Langkat yang terdampak banjir dan minim sentuhan bantuan.
Warga berharap Pemkab Langkat segera hadir dengan langkah nyata, bukan sekadar kunjungan seremonial, agar kebutuhan dasar masyarakat yang terjebak banjir dapat terpenuhi sebelum situasi semakin memburuk.(UPik)
















