Wartawan “Rinso”: Saat Pena Tak Lagi Mencuci Kebenaran

- Kontributor

Minggu, 19 Oktober 2025 - 19:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Opini : Yong Ganas

Dalam dunia jurnalistik, ada istilah baru yang mulai sering terdengar di warung kopi, di ruang redaksi, bahkan di kalangan pejabat daerah: “Wartawan Rinso.”

Istilah ini memang terdengar jenaka, tapi maknanya getir — menggambarkan sekelompok oknum wartawan yang lebih senang mencuci nama pejabat daripada menegakkan kebenaran.

Rinso, seperti kita tahu, adalah bahan pembersih. Tugasnya sederhana: mencuci pakaian yang kotor agar kembali tampak bersih.

Namun, ketika “Rinso” dipakai untuk menyebut wartawan, artinya berubah total: bukan lagi membersihkan noda, tapi mencuci kesalahan.

Mereka hadir bukan untuk mencari kebenaran, melainkan membersihkan citra orang yang seharusnya dikritisi.

Fenomena ini sering terjadi. Ketika sebuah media dengan susah payah menelusuri data, melakukan konfirmasi, dan akhirnya memberitakan dugaan korupsi atau penyimpangan di sebuah dinas, muncullah “wartawan Rinso.”

Mereka datang belakangan — bukan untuk memperkuat data, tapi menenangkan pejabat yang gelisah.

Baca Juga :  275 Tahun Langkat: Ketika Perayaan Hanya Dinikmati di Sekitar Kekuasaan

Dengan gaya halus, mereka menenangkan sang pejabat: “Nanti saya bantu klarifikasi di media saya, Pak. Supaya nama Bapak bersih lagi.”

Dan seperti sabun yang dibayar per kemasan, klarifikasi itu pun keluar dengan aroma pencucian: menepis, menyangkal, bahkan menyerang media lain yang mengungkap kasus tersebut.

Hasilnya? Pejabat tersenyum lega, dan “wartawan Rinso” pulang dengan amplop di saku.

Bagi sebagian orang, ini mungkin terlihat sepele. Tapi bagi jurnalis sejati, ini adalah penghinaan terhadap profesi.

Wartawan sejatinya adalah pengawas sosial, pilar keempat demokrasi.

Ia bekerja bukan demi “pulus”, melainkan demi publik yang berhak tahu kebenaran.

Sementara “wartawan Rinso” justru memperjualbelikan idealisme itu. Mereka menulis bukan berdasarkan fakta, tapi berdasarkan bayaran.

Ketika media lain berjuang menegakkan integritas, mereka malah mengaburkannya dengan tinta palsu — mengubah berita menjadi iklan penyucian.

Baca Juga :  Bawaslu Langkat Diduga Berpihak: Pengawas atau Pengkhianat Demokrasi?

Pertanyaannya sederhana: Apakah orang-orang seperti ini pantas disebut wartawan? Ataukah mereka sekadar “kaki tangan pejabat” dengan gelar baru — si tukang Rinso?

Profesi wartawan sejati lahir dari nurani, bukan dari amplop. Ia bekerja di antara risiko, tekanan, bahkan ancaman, hanya untuk menjaga agar publik tidak dibutakan oleh manipulasi kekuasaan.

Maka ketika ada segelintir orang yang memakai kartu pers hanya untuk mencuci dosa pejabat, sesungguhnya mereka telah mengotori baju profesi yang selama ini dijaga dengan darah dan keringat.

Pers tidak akan mati karena tekanan politik, tapi bisa hancur karena pengkhianatan dari dalam. Dan pengkhianatan terbesar itu datang dari mereka yang menjual berita demi uang.

Mungkin sudah saatnya wartawan sejati bersuara: Kita bukan “Rinso.” Kita bukan pencuci dosa. Kita adalah penjaga kebenaran — meski terkadang harus berjalan sendirian. (Yg)

Follow WhatsApp Channel www.metrolangkat.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Smart Board Rp50 Miliar, Siapa Otak di Balik Proyek Gila Ini 
“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”
Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..
Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”
Negeri Kelayau dan Raja Kejab Boh: Hikayat Sebuah Kekuasaan
Gembira Ginting Lawan Fitnah, Selamatkan Pendidikan
“Langkat Bergejolak: Dosa Lama yang Belum Selesai atau Badai Baru yang Sengaja Ditiup?”
“Satresnarkoba Bekerja, Publik Harus Mendukung Bukan Menghakimi”
Berita ini 161 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 19 Oktober 2025 - 19:17 WIB

Wartawan “Rinso”: Saat Pena Tak Lagi Mencuci Kebenaran

Sabtu, 13 September 2025 - 12:02 WIB

Smart Board Rp50 Miliar, Siapa Otak di Balik Proyek Gila Ini 

Rabu, 23 Juli 2025 - 20:00 WIB

“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”

Sabtu, 12 Juli 2025 - 08:51 WIB

Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..

Jumat, 11 Juli 2025 - 15:13 WIB

Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”

Berita Terbaru

Pendidikan

Parah! SDN 05 Panai Tengah Disulap Jadi “Sekolah Keluarga”

Selasa, 4 Nov 2025 - 05:50 WIB