Langkat – Metrolangkat.com
Kabupaten Langkat dikenal sebagai salah satu wilayah agraris di Sumatera Utara. Dengan luas lahan pertanian yang signifikan dan iklim tropis yang mendukung, semestinya sektor ini menjadi pilar utama perekonomian daerah. Namun ironisnya, pertanian di Langkat belum mampu menjadi mesin penggerak kesejahteraan masyarakat secara optimal.
Masalah paling mendasar terletak pada ketimpangan teknologi dan produktivitas. Mayoritas petani di Langkat masih bergantung pada metode konvensional. Minimnya akses terhadap alat pertanian modern, benih unggul, dan informasi pasar menyebabkan produktivitas rendah. Padahal di era pertanian 4.0, teknologi telah menjadi penentu efisiensi dan daya saing.
Harga hasil pertanian pun kerap tidak berpihak kepada petani. Di saat panen raya, harga komoditas justru anjlok. Rantai distribusi yang panjang dan dominasi tengkulak membuat petani terjebak dalam siklus penghasilan yang stagnan. Tanpa akses langsung ke pasar atau koperasi yang kuat, posisi tawar petani tetap lemah.
Di sisi lain, pemerintah memang telah menggulirkan sejumlah program seperti subsidi pupuk dan bantuan kelompok tani. Namun sayangnya, program-program tersebut belum menyentuh akar persoalan: keterisolasian petani dari sistem ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Program pelatihan sering bersifat seremonial, dan pendampingan teknis tidak dilakukan secara berkelanjutan.
Untuk itu, perlu ada reorientasi kebijakan pembangunan pertanian di Langkat. Pertanian harus dilihat bukan sekadar sebagai penyerap tenaga kerja atau simbol daerah, tetapi sebagai fondasi utama pembangunan ekonomi jangka panjang. Akses ke modal, teknologi, pasar, dan pelatihan harus menjadi prioritas utama.
Di tengah berbagai tantangan ekonomi global, kedaulatan pangan lokal menjadi semakin penting. Langkat punya modal besar untuk menjadi sentra produksi pangan yang mandiri dan berkelanjutan. Tapi ini hanya bisa tercapai jika ada keberpihakan nyata pada petani, bukan hanya dalam retorika, melainkan dalam anggaran, regulasi, dan tindakan konkret.
Petani Langkat tidak meminta belas kasihan. Mereka hanya butuh sistem yang adil dan peluang yang setara. Karena ketika petani sejahtera, Langkat akan kuat, mandiri, dan tahan terhadap guncangan ekonomi apa pun.
Penulis : Rahmatullah - Dosen FEBI INSAN Binjai