Catatan : Oerangkiri, BERAS DAN KEKUASAAN

- Kontributor

Sabtu, 5 April 2025 - 18:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Catatan : Oerangkiri, BERAS DAN KEKUASAAN

Sebenarnya sejak kapan beras menjadi makanan utama bagi Bangsa ini ??
Aku mulai berpikir beras adalah alat kontrol kekuasaan karena berpengaruh luas dalam konteks ekonomi kerakyatan.

Betapa masyarakat ketergantungan terhadap beras sehingga secara tidak langsung bergantung juga kepada penguasa terkait ketersediaan dan harga.

Dengan luas lahan tanam padi sebesar 10, 2 Juta Ha dan tingkat konsumsi 97,47 Kg Per Orang Per Tahun, apakah mampu secara matematis mencukupi kebutuhan beras bagi 281 juta lebih penduduk Indonesia ?

Rata² kemampuan produksi lahan padi per Ha kabarnya mencapai 6 ton.

Sementara berdasar data diatas dengan tingkat konsumsi 97,47 Kg per tahun per orang dan jumlah penduduk 281 juta jiwa,

maka lahan padi seluas 10,2 juta Ha punya beban target menghasilkan 2,8 ton beras per Ha – nya.

Dalam perspektif sederhana ini tidakkah kita merasa aneh atas dua kebijakan penguasa saat ini tentang beras ; Impor dan Subsidi….

Atau…..

IMPOR & SUBSIDI” hanya kambing hitam pejabat dan elit kekuasaan untuk merampok kas negara secara legal ?

Baca Juga :  Editorial : Yong Ganas, Uang Pemenang Tanpa Lawan di Pilkada Langkat

Jika pun inti masalahnya adalah kemampuan lahan menyediakan beras bagi 281 juta jiwa Penduduk Indonesia, maka semakin aneh ketika penguasa malah menasionalisasikan beras sebagai makanan pokok Bangsa Indonesia.

Nasionalisasi beras itu juga diikuti propaganda laten yang berisi wacana doktrin bahwa makan nasi adalah simbolitas modernisasi dan kesejahteraan.

Setidaknya kita sama – sama tahu bagaimana Indonesia Timur secara perlahan diasingkan dari budayanya, sagu yang melimpah diganti dengan beras yang butuh ekport untuk memenuhinya.

Bukankah mudah bagi kita untuk mengakses video yang menunjukan bagaimana saudara kita di Papua menukar ikan, lobster dengan 5 Kg Beras dan Mie Instan ??

Wajar jika OPM bermimpi untuk Merdeka, karena alih – alih membantu lewat barter Beras + Mie Instan dengan lobster, sebenarnya mereka senang berhasil merampok saudara nya Papua dengan itu.

Bukankah propaganda itu yang menaikan minat Orang Indonesia Barat merantau ke Papua ?? Lha jangan munafik dengan kerakusan anda.

Baca Juga :  Editorial : Yong Ganas,  Matinya Demokrasi di Tangan Aparat Penegak Hukum

Lalu bagaimana dengan Jawa dan Sumatera ?
Di Jawa terbangun pemikiran yang melihat makanan berbahan baku umbi²an merupakan simbol kemiskinan dan keterbelakangan.

Beras yang ditanak jadi nasi adalah wujud nyata dari tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan.

Anehnya Jawa dan Bali menjadi penghasil ubi kayu dan porang terbesar di Indonesia. Lalu bangsa ini mengekspor tapioka,

Talas, dan porang, ke Jepang, India, serta Asia Timur sebagai Komoditas dengan harga tinggi sebagai bahan makanan mewah ??

Anda dapat temukan di supermarket sekitar anda beras jepang dengan harga mahal yang bahan bakunya adalah umbi porang, dan sebagaian besar bahan baku itu Jepang Impor dari Indonesia.

Anda masih belum merasa dibodohi ?

Akh, Kopi Karo dan Umbi Keladi ku mulai dingin akibat terlalu lama menatap berita di layar televisi melihat adik – adik mahasiswa jadi pelanduk yang mati ditengah – tengah perang kekuasaan antara Polisi dan Tentara.(Ahok)

Mejuah – juah….
#catatanoerangkiri

@sorotan

Follow WhatsApp Channel www.metrolangkat.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”
Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..
Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”
Negeri Kelayau dan Raja Kejab Boh: Hikayat Sebuah Kekuasaan
Gembira Ginting Lawan Fitnah, Selamatkan Pendidikan
“Langkat Bergejolak: Dosa Lama yang Belum Selesai atau Badai Baru yang Sengaja Ditiup?”
“Satresnarkoba Bekerja, Publik Harus Mendukung Bukan Menghakimi”
Editorial Yong Ganas : Dishub Langkat, Jangan Hanya Hadir Saat Menghitung Uang
Berita ini 24 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 23 Juli 2025 - 20:00 WIB

“BUMD Langkat Dibajak? Publik Dipaksa Telan Proses Busuk”

Sabtu, 12 Juli 2025 - 08:51 WIB

Editorial Yong Ganas : Vonis Bebas Untuk Eka Depari…..

Jumat, 11 Juli 2025 - 15:13 WIB

Editorial Yong Ganas : “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”

Sabtu, 21 Juni 2025 - 06:58 WIB

Negeri Kelayau dan Raja Kejab Boh: Hikayat Sebuah Kekuasaan

Rabu, 18 Juni 2025 - 11:59 WIB

Gembira Ginting Lawan Fitnah, Selamatkan Pendidikan

Berita Terbaru