Photo hanya ilustrasi sebagai pemanis.(dokumen)
Opini >> Yong Ganas
Minggu tenang seharusnya menjadi momen refleksi bagi para kandidat dan tim pemenangan dalam Pemilihan Maharaja di Negeri Kelayau 2024. Namun, realitas politik di lapangan menunjukkan sebaliknya.
Minggu tenang justru terasa begitu riuh—sepi di permukaan, penuh ketegangan di balik layar.
Strategi, lobi, dan rencana serangan fajar menjadi perbincangan hangat di setiap posko pemenangan.
Dalam situasi ini, tidak ada yang benar-benar tenang. Tim pemenangan sibuk mengatur langkah terakhir, menakar kekuatan lawan,
Dan menyiapkan “peluru (uang)” terakhir untuk mempengaruhi suara. Semua bergerak senyap, tapi penuh intrik.
Kampanye akbar yang telah usai menjadi bahan evaluasi: seberapa besar dukungan yang berhasil dihimpun? Seberapa kuat simpul-simpul akar rumput?
Menariknya, meski didukung banyak partai besar dan 47 kursi di parlemen, justru kandidat dari kapal besar ini terlihat paling gelisah.
Seperti seorang Raja di tengah permainan catur yang rumit, sang pemimpin tampak sibuk turun ke bawah, memohon dukungan langsung dari rakyat. Tanda-tanda ini jelas: ada sesuatu yang tidak beres di “istana.”
Dalam politik, jika seorang Raja harus turun tangan langsung, berarti pertahanan sedang rapuh. Para “menteri” tak lagi mampu melindungi sang Raja dari serangan lawan.
Kondisi ini pun mulai terlihat secara fisik. Sang Raja terlihat kurus dan kelelahan, mungkin karena tekanan politik yang begitu berat. Stres? Bisa jadi.
Politik di Negeri Kelayau saat ini memang dinamis, penuh kejutan dan pergeseran dukungan.
Ketidakpastian ini seolah membuat sang Raja berjalan sendiri.
Terkadang, untuk menutupi kegundahan, ia mencoba bernyanyi, lagu favoritnya.” Sebuah refleksi yang menyiratkan bahwa di balik kekuasaan, ada sisi rapuh seorang pemimpin.
Namun, di tengah segala dinamika ini, ada satu hal yang patut diingat oleh masyarakat Langkat: Minggu tenang adalah waktu bagi kita untuk merenung, bukan tergoda oleh serangan fajar atau janji manis.
Jangan biarkan strategi politik kotor menentukan masa depan kita. Pilih pemimpin bukan karena tekanan, tapi karena keyakinan.
Sang Raja mungkin gelisah, tapi rakyatlah yang memegang kendali.
Di bilik suara nanti, keputusan ada di tangan kita—bukan di tangan mereka yang sibuk menyusun jurus pamungkas di minggu tenang yang penuh ketegangan ini.
Mari pastikan Negeri Berseri mendapatkan pemimpin yang benar-benar layak. Jangan biarkan strategi “politik uang” merusak demokrasi kita.
Minggu tenang, seperti panggung sandiwara tanpa penonton. Di balik layar, segala jurus dimainkan, termasuk oleh sang “Raja” yang terlihat semakin gelisah.
Tak ada lagi ruang untuk berpura-pura; apa pun dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan.
Lobi-lobi politik dijalankan secara masif—mulai dari mendekati pejabat yang dulu pernah menjadi bawahannya, hingga berusaha menarik simpati melalui klaim keberhasilan yang mungkin dipertanyakan.
Prestasi di bidang olahraga, misalnya, tiba-tiba menjadi bahan promosi. Seakan-akan semua pencapaian itu adalah hasil kerja keras pribadi sang Raja, bukan kerja kolektif atau upaya bersama masyarakat.
Klaim ini seperti jurus lama yang diulang-ulang: membangkitkan kebanggaan semu untuk menutupi kegelisahan yang semakin nyata.
Tapi, rakyat tidak buta. Mereka tahu perbedaan antara prestasi nyata dan klaim kosong.
Apakah benar kegiatan olahraga itu sukses karena kepemimpinan sang Raja? Atau ini hanya bagian dari strategi untuk mengalihkan perhatian dari masalah besar yang belum terselesaikan—korupsi, ketidakadilan, dan ketimpangan yang masih dirasakan masyarakat?
Lobi-lobi dengan pejabat lama pun menjadi sorotan. Mengandalkan loyalitas lama demi memastikan suara? Taktik ini mencerminkan ketidakpercayaan diri.
Seorang pemimpin yang benar-benar kuat tidak perlu bergantung pada lobi tertutup; ia berdiri tegak di atas dukungan rakyat.
Minggu tenang ini adalah ujian terakhir, bukan hanya bagi kandidat, tapi juga bagi kita, masyarakat.
Jangan mudah terpesona oleh klaim prestasi atau janji manis. Lihatlah rekam jejak, bukan sekadar kata-kata.
Apakah seorang pemimpin yang sibuk melobi dan mengklaim keberhasilan benar-benar layak memimpin? Atau ini hanya cara untuk menutupi ketidakmampuan?
Sang Raja mungkin telah memainkan segala jurus, tapi kartu terakhir tetap ada di tangan rakyat.
Mari gunakan hak suara dengan bijak. Jangan terjebak dalam permainan lama yang penuh tipu daya.
Karena di balik minggu tenang yang penuh drama ini, masa depan Negeri ini sedang dipertaruhkan.
Rakyat Negeri Bertuah, inilah saatnya kita menentukan arah baru yakni Perubahan. Jangan biarkan lobi dan klaim menipu nurani.(**)
















