Langkat —Metrolangkat.com
Dalam dunia yang semakin sibuk membangun kecanggihan, tak sedikit yang lupa bahwa masa depan bangsa bukan hanya ditentukan oleh teknologi dan infrastruktur, tetapi juga oleh karakter dan akhlak generasi mudanya. Di titik itulah para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memegang peran strategis yang tak tergantikan—membangun dari dalam, membentuk dari hati.
Senin, 28 Juli 2025, menjadi hari yang penuh makna di Ruang Pola Kantor Bupati Langkat. Sebanyak 51 guru PAI secara resmi menerima sertifikat pendidik usai menuntaskan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Batch 2 Tahun 2024. Penyerahan dilakukan langsung oleh Bupati Langkat, H. Syah Afandin, SH, dalam sebuah seremoni yang berlangsung khidmat dan penuh rasa syukur.
Lebih dari sekadar agenda seremonial, momen ini menjadi pengakuan atas kompetensi dan dedikasi para guru PAI yang selama ini menjadi benteng nilai-nilai moral di ruang-ruang kelas. Mereka bukan sekadar pengajar—mereka adalah pembimbing akhlak, penanam nilai-nilai kebaikan, dan penjaga warisan spiritual bangsa di tengah arus globalisasi yang terus menggerus.
“Ini bukan hanya soal kelulusan, tapi tentang pengakuan negara bahwa guru PAI memiliki peran vital dalam pembangunan karakter generasi,” tegas Syah Afandin dalam sambutannya. Ia menambahkan bahwa modernisasi tanpa moralitas hanya akan melahirkan kemajuan yang rapuh—dan guru PAI menjadi penjaga agar fondasi itu tetap kokoh.
Kegiatan ini diawali dengan laporan Kepala Kantor Kemenag Langkat, H. Ainul Aswad, MA, yang menyampaikan kebanggaannya atas prestasi 100 persen kelulusan. Ia menyebut ini sebagai pencapaian luar biasa, sekaligus bukti kualitas guru-guru PAI Langkat yang patut diperhitungkan di tingkat provinsi bahkan nasional.
Turut hadir memberi semangat, Kabid PAKIS Kanwil Kemenag Sumut, Dr. H. Muksin Batu Bara, M.Pd, dan Rektor UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, Prof. Dr. Danial, M.Ag. Keduanya menekankan bahwa sertifikasi bukan akhir perjalanan, melainkan awal tanggung jawab baru dalam mendidik dengan integritas, ilmu, dan keteladanan.
Guru PAI memang tidak selalu masuk dalam narasi besar pembangunan. Mereka tak tampil di layar televisi, tak masuk headline nasional, dan tak pula jadi sorotan utama dalam politik anggaran. Tapi mereka adalah pilar tak terlihat yang menegakkan nilai—yang tanpa mereka, bangsa ini bisa kehilangan arah.
Itulah sebabnya, Bupati Langkat menegaskan bahwa pemerintah daerah akan terus memberi dukungan terhadap peningkatan kapasitas guru PAI. Sebab menurutnya, membangun Langkat tidak cukup hanya dengan jalan dan jembatan. Dibutuhkan pula guru-guru yang menanam akhlak, mendidik dengan keikhlasan, dan menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyerahan sertifikat secara simbolis menandai puncak acara, namun esensi sesungguhnya justru baru dimulai: tanggung jawab moral, sosial, dan spiritual yang kini melekat pada para pendidik bersertifikat itu.
Saat satu per satu guru PAI menerima sertifikatnya dengan mata berbinar dan tangan yang gemetar karena haru, kita diingatkan bahwa masa depan bangsa ini bukan hanya dibentuk di ruang rapat pejabat, tapi juga di ruang kelas yang sering kita lupakan—ruang yang sunyi, tapi sarat makna.
Karena sejatinya, negara tak hanya dibangun oleh kekuatan politik dan ekonomi, tetapi juga oleh akhlak yang ditanamkan diam-diam oleh guru-guru PAI di seluruh pelosok negeri. Dan hari itu, Langkat menunjukkan bahwa mereka tidak lupa siapa penjaga moral itu.(Yong)