STABAT – Metrolangkat.com
Sebuah keputusan penting diambil oleh Kerapatan Adat Kesultanan Negeri Langkat. Gelar kebesaran “Datuk Mulia Perkasa” yang pernah disematkan kepada Prof. Djohar Arifin Husin resmi dicabut dan dibatalkan.
Keputusan itu ditetapkan melalui Maklumat Nomor: 01/MKL-KNL/VII/2025 pada Kamis, 24 Juli 2025 bertepatan dengan 29 Muharam 1447 H,
dan disampaikan langsung oleh Sultan Langkat, Tengku Azwar Aziz Abdul Djalil Rahmatsyah Al-Hajj, usai Musyawarah Besar Kerapatan Adat Kesultanan Negeri Langkat.
Dalam maklumat yang beredar luas melalui akun media sosial Laskar Setiadiraja Langkat, Sabtu (16/8),
Sultan menegaskan pencabutan gelar dilakukan dengan merujuk pada Qanun Adat Istiadat dan aturan Kesultanan Negeri Langkat.
Isi maklumat tersebut menegaskan tiga hal utama:
- Gelar Datuk Mulia Perkasa atas nama Djohar Arifin Husin secara sah dicabut dan dibatalkan. Yang bersangkutan tidak lagi diakui sebagai bagian dari Kerapatan Adat, serta dilarang menggunakan atau mengatasnamakan gelar tersebut dalam bentuk apa pun.
- Segala hubungan dan kedudukan adat Djohar Arifin Husin terputus sejak maklumat dikeluarkan.
- Keputusan ini diambil demi menjaga kepatutan, martabat, dan marwah Kesultanan Negeri Langkat sesuai amanah adat dan warisan leluhur.
“Maklumat ini berkuat kuasa serta-merta mulai tarikh ditetapkan dan akan disampaikan kepada seluruh institusi adat, pihak pemerintah, dan masyarakat Melayu,” tulis Sultan dalam maklumat tersebut.
Kesultanan menegaskan, langkah ini bukan sekadar pencabutan gelar, melainkan ikhtiar menjaga kehormatan dan kewibawaan adat yang telah diwariskan turun-temurun.
Respon Prof. Djohar Arifin Husin
Menanggapi pencabutan gelar adat tersebut, Prof. Djohar Arifin Husin menyampaikan bahwa persoalan antara dirinya dengan Sultan Langkat sebenarnya sudah selesai sejak lama.
“Kesalahfahaman saya dengan Tengku Azwar Aziz sudah selesai. Setelah pengembalian gelar adat telah saya lakukan pada 12 Maret 2021. Setelah itu saya ada bertemu dengan Tengku Azwar dan kami sudah cair dan in syaa Allah tidak ada masalah lagi,” ujar Djohar.
Ia juga menjelaskan kontribusinya terhadap sejarah Langkat melalui karyanya.
“Pada tahun 2013 saya menulis buku Sejarah Langkat, karena waktu itu belum ada buku tentang sejarah Langkat. Para guru sejarah sangat berterima kasih karena ada buku pegangan mereka untuk pelajaran sejarah. Buku Sejarah Langkat ini saya serahkan kepada Tun Mahatir sewaktu bertemu beberapa waktu yang lalu. Saya juga menyerahkan tiga buku lainnya kepada Tun Mahatir,” tambahnya.
Dengan demikian, Djohar menegaskan bahwa meski gelar adatnya dicabut, hubungan baik dengan Sultan Langkat tetap terjaga dan kontribusinya bagi sejarah serta budaya Langkat tetap akan ia lanjutkan.
















